Selasa, 02 Juni 2009

[PlayStation 3/Xbox 360] Bionic Commando


























Di game ini, kamu akan bermain sebagai seorang Bionic Commando yang bernama Nathan “Rad” Spencer. Diceritakan bahwa pada sebelumnya, Spencer merupakan seorang Bionic Commando yang bekerja untuk T.A.S.C (Tactical Arms & Security Committee). Setelah dikhianati oleh pemerintah yang menjadi tempat ia bernaung sebelumnya, ia dipenjarakan dan dipersiapkan untuk dimusnahkan bersama dengan para Bionic Commando yang lainnya. Akan tetapi, sebelum ia dieksekusi mati, sebuah senjata eksperimen meledak di Ascension City dan memporak-porandakan kota tersebut.



Suatu kelompok teroris yang disebut dengan BioReign, diduga merupakan kelompok yang bertanggung jawab atas terjadinya hal tersebut. Oleh karena itu, Spencer kini diberikan kesempatan untuk membersihkan namanya kembali dengan menjalani misi yang diperintahkan sehubungan dengan kekacauan yang tengah terjadi di Ascension City. Setting dari cerita kali ini terjadi sepuluh tahun setelah game-nya yang terdahulu. Apabila terdengar dari cerita yang dibawakan pada kali ini, sepertinya cerita dari game ini masih belum bisa dikategorikan istimewa. Masih bisa dibilang sebagai tema yang cukup sering dibawakan.



Di dalam Bionic Commando, Nathan Spencer sang karakter utama, dilengkapi dengan sebuah Bionic Arm yang menjadi ciri khasnya. Bisa dibilang, bahwa fitur dari Bionic Arm ini merupakan fitur khas sekaligus terkuat yang ada pada game ini. Dengan menggunakan mekanisme yang ada pada tangan Spencer, kamu bisa melakukan hal-hal seperti: bergelantungan layaknya Spiderman, menarik atau mengangkat obyek-obyek yang ada, dan tentunya untuk menghabisi pasukan-pasukan musuh yang menghalangi berlangsungnya misi kamu. Agak mirip dengan gameplay pada beberapa game Spiderman yang terakhir, dimana gamers dapat melompat dan berayun dari platform satu ke platform yang lainnya di dalam setting yang bersifat open-world, Spencer juga dapat melakukan hal yang sejenis dengan itu. Hanya saja, mekanisme dari lengan Spencer ini tidak se-leluasa apa yang bisa Spidey lakukan dengan jaringnya. Untuk dapat berpindah dari satu platform ke platform yang lainnya, Spencer dapat menjulurkan lengannya pada target-target yang berwarna biru. Apabila platform yang ingin dituju terasa cukup jauh untuk dapat diraih, kamu dapat mengulur panjang lengan bionic Spencer dan mengayunkannya untuk membantu lompatan kamu agar lebih dekat dengan platform selanjutnya. Kalau kita ingat-ingat seperti apakah game-game platformer klasik, fitur gameplay dari Bionic Commando yang satu ini bisa dibilang cukup tepat dan cukup mengingatkan dengan game-game klasik dalam pengimplementasiannya. Yang membuat bagian lompat-melompat dari satu gedung ke gedung yang lainnya kali ini hanyalah nuansa 3D yang lebih membutuhkan ketepatan, yang membuatnya lebih realistis dan tidak semudah untuk dilakukan pada tampilan 2D.



Kegunaan dari Bionic Arm ini adalah salah satu nilai lebih dalam melakukan eksplorasi di dalam game. Sayangnya, tangan bionic milik Spencer ini masih cukup dirasa kurang optimal pada combat system-nya. Dengan menggunakan tombol B, kamu dapat mengeluarkan light punch dan tombol Y untuk heavy punch. Selain mengkombinasikannya dengan grappling menggunakan Bionic Arm, variasi pada serangan yang dilakukan dengan tangan itu sendiri masih terasa kurang banyak. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh banyaknya pasukan lawan yang bisa dikalahkan cukup dengan menggunakan dua kali light punch. Heavy punch bisa kamu gunakan untuk melontarkan obyek-obyek ke udara, lalu obyek tersebut dapat kamu luncurkan ke arah lawan dengan menggunakan light punch. Dan tidak hanya Bionic Arm yang bisa kamu jadikan senjata di game ini, sepasang kaki yang Spencer miliki pun bisa menjadi senjata yang cukup berguna apabila kamu terjun dari ketinggian dan untuk melakukan serangan zip kick yang dapat dilakukan dengan menarik diri kamu ke arah target yang sudah dibidik dengan menggunakan Bionic Arm. Selain itu, kamu juga masih dipersenjatai dengan senjata-senjata semacam handgun, sniper, rocket launcher, dan sejenisnya yang dapat kamu dapatkan pada pod-pod yang dikirimkan. Perlu diingat juga, meskipun health dari Spencer dapat pulih dengan sendirinya, pada kenyataannya kamu tidaklah sekuat yang kamu bayangkan karena beberapa tembakan berturut-turut sebenarnya sudah cukup mampu untuk membuat kamu game over.



Kamu akan beraksi menjelajahi nuansa open-world dari Ascension City yang sudah berantakan dan sekitarnya. Akan tetapi, gameplay ini sendiri masih terkesan terlalu terbatas diakibatkan oleh adanya radiasi yang membatasi ruang gerak kamu dalam menjelajahinya. Jadi, bisa saja kamu akan menemukan platform yang kamu lihat dapat kamu tempati, tetapi kenyataannya tidak bisa kamu dekati karena adanya radiasi tersebut dapat membunuh jagoan kamu. Begitu juga dengan kenyataan bahwa kamu tidak bisa berenang atau bertahan di dalam air. Semakin memperkuat elemen klasik dari game platformer-nya yang terdahulu.

Kualitas grafis dari game ini tergolong cukup standar. Tidak jelek, namun juga tidak seistimewa kualitas grafis pada game-game keluaran Capcom yang terakhir seperti Street Fighter IV atau Resident Evil 5. Uniknya, di sebagian tempat-tempat tertentu dari Ascension City, kamu akan menemukan promotional ads seperti Nvidia, Pepsi, atau bahkan TriCell, yang merupakan perusahaan fiktif dari game Resident Evil 5. Tekstur dari gedung, bangunan-bangunan dan environment yang ada pun bisa dibilang cukup baik dan sama halnya seperti detil pada bagian-bagian tertentu. Sayangnya, apabila diperhatikan, ada kalanya kamu akan mengalami frame rate drop pada beberapa bagian kecil dari game ini. Selebihnya, masih cukup stabil.


Kualitas suara dari game ini masih terasa kurang mengesankan, walaupun tidak terlalu bermasalah pada voice-acting. Terlepas dari kualitas voice-acting yang bisa digolongkan cukup biasa, sound effects dari game ini masih seringkali terasa kurang berkesan. Hal ini dapat kamu rasakan contohnya pada bunyi suara tembakan yang kurang terdengar realistis. Akan tetapi, background music untuk game ini masih bisa dibilang merupakan sesuatu yang cukup khas, tematis, dan cukup berkesan di telinga, yang agak membedakannya dari musik-musik game action pada umumnya, terlebih lagi pada game Capcom. Yang cukup menarik, sebelum game ini dimulai, kamu akan mendengar kembali bunyi dari logo Capcom yang cukup klasik.


Di game ini, kamu akan menemukan cukup banyak challenge yang disediakan oleh GRIN, sang developer, untuk kamu selesaikan. Mulai dari challenge dalam berayun hingga challenge untuk cara-cara dalam menghabisi musuh-musuh yang ada. Selain itu, collectibles juga akan tersebar dengan banyaknya pada sepanjang game ini, di berbagai area yang ada. Collectibles tersebut dapat kamu kumpulkan untuk membuka sejumlah unlockable seperti concept art dan sebagainya. Sebagaimana game-game bernuansa open-world, eksplorasi wilayah tentunya akan menarik perhatian kamu terhadap sebuah game. Sayang, eksplorasi pada game ini terasa terlalu dibatasi


Apakah kamu merupakan seorang gamer dari game klasiknya? Kalau iya, tentunya kamu akan menyambut dengan hangat kehadiran game ini. Masih dengan fitur Bionic Arm yang menjadi khas dari game-nya, namun kamu akan dihibur dengan gameplay dan tampilan yang sesuai dengan saat ini, yaitu tampilan setting 3D, gameplay yang bergerak tidak hanya dari kiri-kanan saja, dan pengembangan yang pastinya belum dapat dihadirkan pada jaman dulu. Sayangnya, waktu pengembangan yang terhitung sudah diperbincangkan sejak lama, ternyata tidak memberikan hasil se-‘wah’ yang saya harapkan. Akan tetapi, fitur Bionic Arm pada gameplay-nya merupakan salah satu nilai lebih yang menjadi khas untuk game ini. Dilihat secara keseluruhan, Bionic Commando ini memang bukan sebuah game yang mengecewakan. Akan tetapi, di bawah publisher dengan nama sebesar Capcom, bukankah seharusnya GRIN bisa memberikan sesuatu yang lebih daripada ini? Iya nggak sih? (LYR)


 

Gamers Zone Copyright © 2008 D'Black by Ipiet's Blogger Template